Pages

Senin, 09 Juli 2012

Peran ibu dalam mencerdaskan kehidupan bangsa

Peran Ibu Dalam Mencerdaskan Kehidupan Bangsa by : Sri Esti Rejeki, SH, SS, M.Si Jumat , 20 Januari 2012 11:05:00
Dalam teori mindset, gelombang otak seorang anak merupakan gelombang otak alfa-tetha ( alfa-tetha brain wave ). Apapun yang dikatakan oleh ibunya akan diterima pikiran sadar ( conscious mind ) kemudian akan langsung mengendap dalam pikiran bawah sadar ( subconcious mind ) dan pada gilirannya akan menentukan perilaku anak tersebut ketika menjadi dewasa. Kalau ibu selalu mengucapkan kata-kata yang negatif kepada anaknya ( ketika masih kecil ), maka kata-kata negatif tadi akan mengendap dalam pikiran bawah sadar nya dan ketika beranjak dewasa akan mewujud menjadi perilaku yang negatif. Kalau yang dikatakan kata-kata positif, perilakunya ketika dewasa juga akan positif. Maka peran seorang ibu ketika mengasuh seorang anak sangat besar dalam proses pembelajaran bagi si anak. Sebagaimana dikatakan oleh Dorothy Law Nolte dalam bukunya The Learning Revolution :

• Jika Anak Dibesarkan Dengan Permusuhan, Ia Belajar Berkelahi
• Jika Anak Dibesarkan Dengan Ketakutan, Ia Belajar Gelisah
• Jika Anak Dibesarkan Dengan Rasa Iba, Ia Belajar Menyesali Diri
• Jika Anak Dibesarkan Dengan Olok-olok, Ia Belajar Rendah Diri
• Jika Anak Dibesarkan Dengan Dipermalukan, Ia Belajar Merasa Bersalah
• Jika Anak Dibesarkan Dengan Dorongan, Ia Belajar Percaya Diri
• Jika Anak Dibesarkan Dengan Toleransi, Ia Belajar Menahan Diri
• Jika Anak Dibesarkan Dengan Pujian , Ia Belajar Menghargai
• Jika Anak Dibesarkan Dengan Penerimaan, Ia Belajar Mencintai
• Jika Anak Dibesarkan Dengan Dukungan, Ia Belajar Menyenangi Diri
• Jika Anak Dibesarkan Dengan Rasa Berbagi, Ia Belajar Kedermawanan
Dari tesis Dorothy Law Nolte diatas tampak betapa besar peran seorang ibu dalam membentuk perilaku seorang anak. Ibu memberikan fundamen bagi kepribadian seorang anak dan karenanya ikut menentukan kemampuan belajar seorang anak. Bahkan sudah umum diketahui bahwa konon seorang bayi sudah terlibat dalam proses pembelajaran dengan ibunya sejak dalam kandungan. Menurut penelitian seorang ibu yang sudah hamil tua ketika sering mendengarkan musik klasik dari Mozart atau Bethoven anaknya akan menjadi cerdas. Penelitian menunjukkan ketika seorang ibu hamil sedang gelisah, bayinya juga ikut gelisah. Apa yang dimakan ibunya juga dirasakan oleh bayinya. Maka dapat dikatakan pembelajaran seorang anak sudah dimulai ketika dalam kandungan. Seorang ibu yang terlibat langsung dalam proses belajar seorang anak sekaligus melakukan tiga hal sebagai berikut : 1. Transfer of knowledge 2. Transfer of value 3. Transfer of attitude Maka tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa keberhasilan seseorang sangat ditentukan oleh peran ibu dalam kehidupannya, terutama proses belajar pada waktu kecil. Apalagi keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh “ intelectual quotient” tetapi juga “ emotional quotient ” dan “ spiritual quotient “. Keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh intelektualitasnya tetapi juga emosi dan spiritualitasnya. Maka ESQ seseorang sangat ditentukan bagaimana ketika kecil dirinya diperlakukan oleh ibunya. Kasih sayang, kepedulian dan dorongan seorang ibu akan menempa karakter dan perilaku seseorang yang pada gilirannya akan menentukan sukses seseorang. Maka sebagaimana dikatakan oleh Evelyn Vaugh “ Watch your habits for they becomes your character develop your character for it becomes your destiny”. Perhatikan kebiasaanmu, karena itu menjadi karaktermu. Bangunlah karaktermu, karena itu akan menentukan masa depanmu. Dan dalam pembentukan karakter pada awalnya ditentukan oleh peran seorang ibu. Mahatma Gandhi juga mengatakan : - Your Beliefs become Your Thoughts - Your Thoughts become Your Words - Your Words become Your Actions - Your Actions become Your Habits - Your Habits become Your Values - Your Values become Your Destiny Jadi keyakinan, pemikiran, ucapan, perilaku, kebiasaan dan nilai-nilai akan menentukan takdir atau nasib seseorang. Sekali lagi disini seorang ibu berperan dalam membangun pemikiran, ucapan, perilaku, kebiasaan dan nilai-nilai seseorang pada waktu kecilnya. MAKNA PENDIDIKAN Kalau kita mencoba menelusuri akar kata pendidikan secara historis dan filosofis, maka akan muncul kata paedagogy yang berarti pendidikan. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti pedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Kemudian juga ada kata paedagogos yang berarti pelayan yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke sekolah. Kata paedagogos berasal dari kata paedos yang berarti anak dan agoge yang berarti membimbing atau memimipin. Kemudian dalam perkembangannya kata paedagogos yang berarti pelayan menjadi atau berubah arti menjadi pekerjaan mulia. Paedagogos artinya menjadi seseorang yang bertugas membimbing anak dalam pertumbuhannya kearah kemandirian dan sikap bertanggung jawab. Dari penelusuran kata secara etimologis ini , pendidikan kemudian berarti sebagai usaha untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani, sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan. Bagi kehidupan manusia pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjanghayat. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup dan berkembang sejalan dengan aspirasi atau cita-cita untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka ( Choirul Mahfud, 2008 ). Seorang pakar pendidikan mengatakan bahwa pada hakekatnya manusia diciptakan sempurna dibandingkan mahluk-mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Mengapa akhirnya mereka berbeda karena setiap manusia memiliki kebebasan untuk melakukan sesuatu. Maka lahirlah berjenis-jenis kelompok manusia atau kelompok bangsa yang didalam kemerdekaannya menentukan dan bertanggungjawab terhadap kemerdekaannya didunia ini. Sebagai mahluk rasional, keberadaan seorang manusia dihadapkan dengan pilihan-pilihan hidup berdasarkan tantangan-tantangan yang dihadapinya. Tantangan-tantangan tersebut datangnya baik dari alam dan sekitarnya maupun dari sesama mahluk manusia yang juga dikaruniakan kemampuan dan kebebasan berpikir ( H.A.R. Tilaar, 2007 ) Dari sini tampak bahwa seorang manusia pada awalnya dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang paling dekat , yaitu keluarganya. Maka peran sebuah keluarga, terutama seorang ibu sangat menentukan perkembangan manusia dalam hidupnya. Lahirnya seorang anak dari sepasang orang tua dalam masyarakat mengalami proses pendidikan dari orang tuanya. Orang tua itu sendiri telah membawa dalam keluarganya pola-pola kehidupan yaitu cara berpikir, cara merasa dan cara bertindak yang telah diturun-temurunkan dalam masyarakat tertentu. Mungkin pula masyarakat tersebut telah mengalami perubahan-perubahan didalam perjalanan kehidupan sebagai suatu masyarakat. Disamping itu lingkungan kehidupan orangtuanya, baik secara geografis maupun lingkungan sosial, ikut menentukan karakter, jasmani atau kepribadian seorang anak. Dalam kehidupannya kemudian seorang anak mengalami perkembangan yang kompleks, diantaranya melalui pendidikan secara formal maupun informal. Perkembangan seorang anak bangsa akhirnya ditentukan oleh interaksinya dengan kebudayaan masyarakatnya. Ditentukan oleh faktor-faktor internal sekaligus oleh faktor eksternal seperti kemajuan teknologi informasi dala era globalisasi dewasa ini. Pendidikan sendiri adalah proses bagaimana menjadikan seorang anak manusia mampu memiliki karakter dan kepribadian sesuai nilai-nilai yang bersumber dari falsafah bangsanya. Berbagai pengalaman yang dialami seorang anak, dapat merupakan faktor menguntungkan atau faktor pendorong bisa juga merupakan faktor penghambat. Bagaimana menghadapi faktor pendorong atau penghambat tadi merupakan proses belajar yang tiada henti. PROSES PEMBELAJARAN Bagaimana seseorang menjadi anak bangsa yang cerdas sangat ditentukan oleh proses pembelajaran yang dialaminya. Dalam hal ini ada ada tiga teori yang melandasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu : Teori Nativisme atau Naturalisme, Teori Empirisme ( pengalaman ) dan Teori Konvergensi ( M. Sobry Sutikno, 2005 ) 1.Teori Nativisme / Naturalisme Tokoh yang mempelopori teori nativisme ini adalah Arthur Schopenhaeur. Schopenhaeur berpendapat bahwa faktor bawaan yang telah dibawa sejak lahir tidak dapat diubah oleh pengaruh lingkungan atau pendidikan. Jika sejak lahir manusia membawa potensi baik, maka perkembangan pribadinya akan baik, sebaliknya jika sejak lahir membawa potensi yang kurang baik, maka nantinya perkembangan pribadinya akan tidak baik pula. Jadi sejak lahir seorang anak sudah memiliki basic character yang tidak dapat diubah. Jadi, teori nativisme ini berpendapat bahwa tiap-tiap anak sejak lahir sudah mempunyai beragam pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing. Teori ini menekankan pada kodrat anak. Aspek pengaruh lingkungan dan peran pendidik diabaikan karena dianggap bersifat negatif terhadap anak. Beberapa tokoh yang berhubungan denga teori nativisme misalnya Rochracher yang mengatakan bahwa manusia adalah hasil proses alam yang berjalan menurut hukum tertentu. Manusia tidak dapat mengubah hukum-hukum tersebut. Kemudian tokoh lainnya adalah J.J Rosear yang mengatakan bahwa manusia tidak dapat dididik. Pendidikan malah akan merusak perkembangan anak. Pendidikan adalah persoalan “laizer faire” yang berarti membiarkan atau membebaskan pertumbuhan anak secara kodrati. Kemudian tokoh lainnya adalah Bernard Basedow yang mengatakan bahwa pendidikan adalah pelanggaran atas kecenderungan berkembang yang wajar dari anak. Aliran ini disebut juga predestinatif yang menyatakan bahwa perkembangan atas nasib manusia telah ditentukan sebelumnya, yakni tergantung pada bawaan dan bakat yang dimilikinya. Dengan demikian manusia dianggap tidak dapat mengubah nasibnya. Ketika lahir sudah ada gen, DNA atau unsur penentu lainnya yang bersifat tetap. Tidak berubah. Manusia dilahirkan dengan “ fixed mindset” yang tidak berubah sampai dewasa. 2. Teori Empirisme ( Pengalaman ). Teori empirisme ini dipelopori oleh John Locke. Teori ini dikenal dengan sebutan teori tabularasa. Locke berpendapat bahwa pendidikan berperanan penting dalam kehidupan seseorang. Teori ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas bersih yang belum ditulis. Anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Pendidikan atau lingkungan berkuasa dalam pembentukan anak. Ada beberapa pengikut aliran behaviourisme yang berpendapat senada dengan teori John Locke. Misalnya Pavlov dan Watson yang mengatakan bahwa pendidikan adalah masalah pembiasaan. Melalui pembiasaan ini, pendidik dapat membuat anak menjadi apa saja. Heverlitus mengatakan bahwa manusia lahir dengan jiwa dan watak yang sama. Pendidikanlah yang membuat mereka menjadi berbeda. Karena terlalu ekstrim menonjolkan peranan pendidikan khususnya lingkungan, oleh beberapa orang, pendapat ini disebut juga dengan aliran environtalist. Jadi, aliran behaviourisme senada dengan tori tabularasa, yaitu tidak mengakui adanya faktor bawaan, keturunan, atau sifat yang turun-temurun. Semua pendidikan menurut aliran behaviour merupakan pembentukan kebiasaan. Pada teori ini mindset seseorang disebuat sebagai growth mindset. Pikiran mereka terus menerus berkembang sesuai pengaruh eksternal yang mengitari keberadaan dirinya 3. Teori Konvergensi Teori konvergesi dipelopori oleh Willion Stern. Stern menolak atau tidak setuju dengan teori nativisme dan teori empirisme yang berat sebelah. Menurut Stern, perkembangan manusia adalah hasil perpaduan kerjasama antara faktor bakat dan faktor lingkungan. Manusia memiliki potensi bekembang yang dibawa sejak lahir dan lingkungan membantunya merangsang dari luar. Jadi, teori konvergensi menyatakan bahawa perkembangan anak merupakan hasil prsoses kerjasama antara faktor bakat atau bawaan dan faktor lingkungan (termasuk pendidikan). Jika ketika faktor bakat atau bawaan dinilai baik, tetapi dalam perkembangannya seorang anak mungkin rusak karena faktor lingkungan (pendidikan) yang tidak menunjang. Sebaliknya, jika faktor bakat atau bawaan sudah tidak baik, namun lingkungan (pendidikan) menunjang, perkembangan anak dapat lebih baik. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa manusia dapat diibaratkan kertas putih yang sudah ada tulisannya namun masih remang-remang. Tugas pendidik adalah menebalkan tulisan tersebut. Dari tiga teori diatas, kalau kita memegang teguh teori yang pertama ( naturalisme atau nativisne ) maka peran sebuah keluarga sangat dominan dalam mencerdaskan kehidupan seorang anak bangsa. Tetapi mungkin lebih tepat kalau kita pegang teori konvergensi, sebagai perpaduan atau jalan tengah dari teori naturalisme dan teori empirisme. Pada teori yang ketiga ini tentu peran sebuah keluarga dan secara khusus peran seorang ibu dalam mencerdaskan anak bangsa sangat menentukan; tetapi dengan tidak menutup kemungkinan peran pendidikan yang akan dialami seorang anak ikut menentukan keberhasilannya meraih masa depan. Tetapi kembali pada uraian pada awal tulisan ini, ibarat bangunan yang kokoh fundamennya diletakkan oleh kehidupan seseorang ketika masih kecil. Dan peran seorang ibu dengan kasih sayang, kepedulian dan dorongan pada anak-anak mereka menentukan terbentuknya bangsa yang berkualitas dimasa mendatang

Jumat, 13 Mei 2011

SOAL MS. WORD DAN EXCEL TK I


SOAL MS. WORD -


SOAL MS. EXCEL -

Rabu, 11 Mei 2011

MODUL KKPI


MODUL KKPI -